Minggu, 15 Januari 2012

Final Tes


Ternyata rasanya final itu seperti itu, duduk satu setengah jam cuma untuk  ngejawab soal 4 ekor (mencret). Biar keliatan pinter jawab, mulut komat-kamit (ne orang baca soal atau baca mantra), sambil megang kertas soal, kadang-kadang mata seakan menerawang mengingat pelajaran, padahal yang diingat makan.
Bukan masalah ketika soal itu susah, tapi menjadi masalah ketika pengawasnya yang susah haha. Biasanya kalau aku belajar memang jauh-jauh hari sudah mulai baca bukunya tapi cuma sedikit-sedikit, dan ketika sudah dekat hari H nya malah nyantai, tapi itu memang strategi (ngeles). Pas malamnya gak belajar cuma baca-baca sedikit aja, itu juga yang dibaca serasa yang aku suka.
Kalau dekat-dekat hari nya tujuanku hanya satu yaitu me refresh otak biar jalan nantinya pas jawab soal. Soal yang diberikan banyak pakai nalar jadi kadang percuma juga baca atau ngehafal pelajaran yang penting paham artinya sudah cukup.
Paling tidak suka kalau pengawasnya terlalu ketat, eit bukan bajunya yang ketat tapi mengawasinya yang ketat., dikit-dikit nyindir dengan matanya yang belo (gue tusuk juga tuh mata). Karena kalau pengawasnya ketat jadi tidak leluasa, berfikir juga gak karuan jadi gugup dan kalau mau nyontek juga susah, noleh ke kanan gak bisa, noleh ke kiri yang di liat cuma tembok, ya udah percaya diri aja (pasrah).
Tetapi jadi masalah juga kalau terlalu banyak contekan, jadi bingung mana harus di ambil jawabannya. Jadi yang terpenting percaya diri dan yakin bisa ngejawabnya, jawaban dari temen cuma sebagai referensi kita untuk menentukan jawaban yang paling benar.
Pernah ketika pengawasnya terlalu enak, kami jadi leluasa nyontek. Final brasa kaya debat kandidat aja, yang satu bilang ini yang benar dan yang satunya bilang ini yang paling benar jadi gua bilang dalam hati gua golput aja deh (loh?).
Kalau udah selesai final tes jadi makin bego gak tau ngapain, gak ada kerjaan cuma duduk megang hp sambil liat laptop sampai pinggang sakit dan akhirnya ketiduran, bangun jam 7 pagi udah habis waktu shalat subuh, kebiasaan buruk jangan di bawa sampai mati.
Biasanya kalau lagi mentok jawaban aku tinggal liat si dia aja, liat matanya, pipinya, bibirnya dan akhirnya api asmara kembali membara eh api semangat ngejawab soal jadi berkobar. Ngejawab jadi lancar lagi dengan emosi dan perasaan biasanya jadi semakin lancar ngejawab soal yang berbentuk nalar.
Ya, memang si dia menjadi penyemangatku untuk merangkai kata-kata jawaban yang ngehayal. Menjadi semangat tersendiri meliat si dia duduk tenang dengan muka yang cemberut (karena buta jawaban). Si dia begitu berguna di saat-saat seperti itu, mata hatiku jadi terbuka kembali.
Setelah selesai final tes, ternyata gugupnya gak hilang-hilang malah maikin bertambah, nunggu nilai final. Ya Allah mudahan nilainya bagus-bagus semua dan tidak ada yang mengulangnya amin :)

Tidak ada komentar: